Archive Desember 2009
Tentang Cinta (2)
Kepala lelaki perkasa itu tertunduk lesu di depan cermin. Dilihatnya sekali lagi wajah dirinya dan kekasihnya yang tercetak di foto beberapa bulan yang lalu. “Aku dulu..” ia tak mampu lagi melanjutkan kata-katanya. Tak terasa, lelehan air mulai mengalir di sudut-sudut kelopak mata.. makin deras.. dan deras.. “Aku mencintaimu sayang.. tapi entah, apakah aku masih sanggup melakukannya untukmu.”
Lelaki itu seorang prajurit. Seminggu yang lalu negara mengirimnya ke sebuah medan pertempuran. Dalam sebuah pertempuran tersebut, sebutir mortir membuat kamp tempat tinggalnya terbakar hebat. Beberapa orang masih hidup, termasuk prajurit itu.. sekalipun luka bakar memakan habis wajah dan sebagian tubuhnya.
Bunuh Diri
Entah mengapa akhir-akhir ini aku melihat banyak sekali kejadian bunuh diri di TV. beberapa diantaranya dengan cara menjatuhkan diri dari gedung. Aku juga pernah tinggal di Bali yang konon angka bunuh dirinya termasuk terbesar di Indonesia. Memang, sewaktu di Bali aku sering sekali mendengar (bahkan melihat) berita bunuh diri, dari anak SD yang telat bayar SPP, cewek yang dihamili pacarnya, ibu-ibu yang ditinggal suaminya, bahkan ada juga turis yang terjun dari apartemen setengah jadi di pinggir pantai Kuta.
Di saat perenungan, aku jadi teringat dengan sebuah buku lama. Buku yang aslinya berbahasa Jepang dan sudah diterjemahkan ke bahasa Inggris itu aku dapat dari seorang sahabat sehabis berkunjung ke luar negeri. Memang, buku tersebut sudah tidak di tanganku lagi karena dipinjam teman ..dan seperti biasa selalu lupa dikembalikan. Tetapi aku masih ingat banyak hal di buku tersebut.
Surat Sahabat
Sahabat, aku Reni, semoga kamu tidak lupa. Kita memang sudah lama tidak bertemu. Cerita tentangmu dan sahabat-sahabat lain memang sudah lama tidak tercipta lagi. Seingatku, kita terakhir bertemu saat aku menikah dengan Mas Didit teman kuliahmu itu sekitar lima tahun yang lalu. Memang, seperti yang kamu ketahui dulu aku adalah wanita baik-baik dan sekarang pun aku masih baik.
Tahukah kamu? bahwa setahun kemarin kita sudah bercerai? Memang pernikahan kami sangat sempurna pada awalnya. Dulu karir Didit begitu maju, sebagian gaji yang dia gunakan untuk investasi juga membuahkan banyak hasil. Keluarga kami hidup hidup sangat layak, waktu itu semuanya lebih dari cukup.