Archive Juni 2009
Terima Kasih
Malam itu, sekitar pukul 11.30 malam, seorang wanita negro berdiri di samping mobilnya yang mogok. Waktu itu hujan deras, dan jalan itu sepi sekali. Beberapa kali wanita itu mencoba menumpang 1-2 mobil yang lewat dengan cara melambaikan tangannya, tetapi mobil-mobil itu berlalu begitu saja.
Di tengah keputusasaannya, dia mencoba untuk tegar. Dia kembali melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Dinginnya airĀ yang mengguyuri tubuhnya yang mulai demam tak digubris, ia tetap melangkah.
Tiba-tiba ada pejalan kaki, seorang pria kulit putih berlari mendatanginya. Tanpa mempedulikan konflik kulit hitam dan kulit putih yang sedang berkecamuk, pria kulit putih itu mencoba menawarkan diri untuk menolong si wanita kulit hitam. Saat itu adalah sekitar tahun 1965, dimana ras menjadi materi utama perpecahan di Amerika.
Hijaukan Bumi
Krrrriiiiiiiiiinggg……
Bel berbunyi nyaring. Yah, ini memang sudah waktunya istirahat di SD itu. Anak-anak langsung berhamburan keluar dari kelas. Ada yang mulai sibuk menata kelerengnya, ada yang kejar-kejaran, ada pula yang masih tinggal di kelas untuk sekedar ngobrol dengan teman-temannya.
Edo dan Lukman adalah siswa kelas 5 di SD itu. Seperti teman-temannya, saat istirahat mereka manfaatkan sebaik mungkin. Mereka berdua langsung berlari berlomba-lomba menuju ke sebuah pohon besar di sebuah pohon sekolah – yang kurang lebih berjarak 25 meter dari ruang kelas mereka. Edo dan Lukman memang suka melakukan perlombaan itu, siapa yang bisa menyentuh pohon pertama kali, dia yang menang.
Kupu-Kupu
Pada suatu hari seorang anak menemukan kepompong. Anak itu menganggap kepompong yang ia temukan lucu sekali, bila disentuh ia akan bergerak-gerak. Sejenak setelah anak itu mengamati kepompong, tampak ujung kepompong itu mulai robek.. ternyata sudah waktunya seekor kupu-kupu keluar dari kepompong itu.
Anak itu memperhatikan kejadian yang belum pernah dilihatnya dengan sangat serius. Ia melihat bagaimana seekor kupu-kupuĀ bergerak-gerak mencoba menjejalkan dirinya dalam sebuah lubang sempit agar dapat keluar dari kepompongnya.
Beberapa menit kemudian anak itu sudah dapat melihat kepala dan sebagian tubuh dari kupu-kupu itu. Tetapi ia belum dapat melihat bakal sayapnya, karena memang belum kelihatan. Diam-diam ia mulai penasaran bagaimana wujud sayap kupu-kupu itu. “Pasti sangat indah” gumamnya. Kupu-kupu itu tampak kesulitan sekali saat mencoba keluar dari kepompong, kelihatannya seperti ada yang tersangkut.